Entah ini adalah sebuah awal yang baik atau buruk, tapi diri ini selalu yakin bahwa di balik setiap kegiatan selalu saja ada hikmah yang bisa dipetik, pelajaran yang bisa menjadi ilham, dan kesalahan yang harus diperbaiki agar kebodohan tidak terulangi. Jika memang tidak ada siapaun yang merasa keberatan, maka ijinkan jari-jemari ini bersatu padu dengan pikiran untuk menekan tombol-tombol keybord di laptop untuk berbagi; berbagi apa saja dari Buddhist Camp 2007 PMVEG.
Menulis judul tulisan ini saja pikiran sudah dibuat bingung memilih. Apakah judulnya harus menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Tapi akhirnya pikiran memilih untuk menulis judul dengan bahasa Inggris, bukan untuk gaya, tapi untuk sekedar mempersingkat waktu saja. Sama seperti permulaan judul ini yang menimbulkan kebingungan, Buddhist Camp PMVEG 2007 ini juga mendatangkan kebingungan; buat diri ini sebagai seorang nara sumber, konsultan. Bingung ini tentu saja tidak datang dari dalam saja, tetapi juga dari luar. Bingung dari luar dimulai dari susunan acara/kegiatan dfrat awal yang aku terima, hingga revisi yang hasilnya adalah kebingungan kedua (kali ini yang bingung adalah pihak panitia), hingga kebingungan pada hari pelaksanaan.
Mohon dimaafkan jika diri ini masih terikat dengan kesombongan sehingga ia merasa pantas dianggap sebagai seorang konsultan, jika tidak boleh dipanggil ahli, pelatihan, atau event-event pendidikan lainnya. Segera setelah email yang berisi susunan acara lengkap dengan attachmentnya selesai dibuka, disana jelas terlihat bahwa Buddhist Camp kali ini kehilangan sentuhan yang bisa membuat para peserta pulang dengan jiwa yang berbeda ( sesuai dengan propaganda panitia). Sesuatu harus dilakukan. Harus ada pertemuan dengan orang-orang yang bertanggungjawab dan mempunyai wewenang untuk membuat keputusan untuk membuat acara ini berbeda dengan Buddhist camp yang lainnya.
Pengalaman memang bisa menajdi kekuatan sekaligus menjadi kelemahan jika kekuatan pengalaman tidak diimbangi dengan kerendahan hati. Tidak ada senyuman yang terlihat, atau cahaya mata yang bersinar dari adik-adik yang mempunyai kesempatan untuk membuat keputusan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Memang agak berat menghadapi dua orang senior yang kaya pengalaman tapi masih miskin kasih sayang dan pengertian. Tapi, sekedar untuk membela diri, tiap-tiap manusia memang tidak sama dalam hal menggunakan kekuatan pengalaman. Mudah2an ini adalah kali terakhir diri ini menutup pendengaran dan penglihatan terhadap perasaan dan keinginan orang lain.
Ah, agar tidak terlalu lama berputar-putar di kebingungan ini, mari kita lanjutkan ke kebingungan yang lain. Kebingungan ini garis awalnya adalah bagaimana memberangkatkan manusia-manusia yang ingin menikmati hari-harinya di sebuah tempat antah berantah yang jauhnya kurang lebih 1/6 hari perjalanan dengan melewati jalanan panjang, berliku, macet dan membosankan. Pilihannya ada pada kendaraan umum yang disebut dengan tronton; yang katanya bisa memuat 50 orang. Ternyata pilihan ini agak sedikit meleset. Jumlah manusia yang mau berangkat ternyata terbukti tidak sebanding dengan jumlah tronton yang siap berjuang bersama-sama. Namun paling tidak, dari sini saya belajar beberapa hal lagi; yang sudah pasti menambah kekayaan pengalaman saya.
Jangan main-main dengan jumlah; atau data. Meskipun jumlah tidak abstrak, ia bisa menjadi abstrak jika ia tidak diperhitungkan dengan baik, jika ia dianggap remeh, dan jika sama sekali tidak dipedulikan. Berhati-hatilah, sekali lagi, berhati-hatilah dengan jumlah. Ia hanya membutuhkan perhatian dan kesadaran yang tidak terlalu tinggi. Menghitung kapasitas tronton, jumlah peserta, dan pantia, dan juga barang-barang yang akan berpetualang bersama-sama memang pekerjan mudah, tapi tidak boleh terlewatkan. Kita, anda, siapa saja yang berada di Ekayana Buddhist Centre pada malam tanggal 16 Agustus 2007, tentunya mengerti apa yang kisah apa yang sedang dibabarkan lewat paragraf ini.
Ijinkan tulisan selanjutnya ini bertutur tentang kepedulian dan kebaikan hati. Manusia tentu saja sudah pasti tahu bahwa kepedulian dan kebaikan hati adalah dua sifat langka yang sudah sangat sulit ditemukan di dalam kehidupan ini. Tapi, mata ini kembali menjadi saksi bagaimana kepedulian dan kebaikan hati adalah senjata utama untuk membahagian orang lain. Manusia memang boleh saja menang dengan kekuatan egoisme, tapi kemenangan itu hanya untuk diri dia seorang. Manusia yang menggunakan kekuatan kepedulian dan kebaikan hati memang jarang menang, tapi mereka menang demi banyak orang. Kemenangan yang mereka raih dengan memberi kebahagian kepada sesama rasanya jauh lebih mantap daripada kemenangan untuk diri sendiri. Jika tulisan ini sepertinya agak meninggikan kepedulian dan kebaikan hati, mohon tidak ada yang egois dengan membencinya. Ini memang sengaja ditulis untuk mengenang orang-orang yang peduli dan berbaik hati agar sisa-sisa peserta yang tercecer bisa segera menyusul para sahabat mereka yang sudah terlebih dahulu lepas landas menuju Ciwidey.
Jakarta - Bandung memang bukan perjalanan yang jauh dan menyiksa. T
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment